Dalam sistem pangan, kita mengenal istilah susut dan limbah pangan (Food Loss and Waste/FLW). Food loss and waste (kehilangan dan pemborosan makanan) merupakan masalah global yang memerlukan perhatian serius.
Populasi dunia yang terus meningkat menjadikan permasalahan food loss and waste penting untuk diperhatikan, terutama bagaimana cara mengurangi dampak negatifnya. Artikel ini akan membahas penyebab, dampak, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan food loss and waste.
Pengertian Food loss and waste
Food loss dan food waste adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Food loss adalah kehilangan makanan pada rantai pasokan sebelum mencapai konsumen. Food waste adalah sisa makanan yang dibuang oleh konsumen.
Food waste terjadi di seluruh spektrum produksi, mulai dari pertanian, distribusi, distribusi, hingga konsumen. Alasan munculnya food loss mencakup kerugian yang disebabkan akibat jamur, hama, atau pengendalian iklim yang tidak memadai. Sementara food waste terjadi karena aktivitas memasak dan pemborosan makanan yang disengaja.
Jadi, limbah makanan dapat dikategorikan berbeda berdasarkan tempat terjadinya:
- Food loss (kehilangan makanan) terjadi sebelum pangan mencapai konsumen sebagai akibat dari permasalahan pada tahap produksi, penyimpanan, pengolahan, dan distribusi. Dapat dikatakan food loss merujuk pada kehilangan makanan selama produksi, pengolahan, distribusi, dan penyimpanan di tingkat petani, produsen, dan distributor. Contoh-contohnya termasuk kerusakan pada panen, kerugian akibat penyimpanan yang tidak tepat, atau kehilangan selama transportasi.
- Food waste (pemborosan makanan) mengacu pada makanan yang layak untuk dikonsumsi, tetapi secara sadar dibuang pada tahap eceran atau konsumsi. Ini terjadi terutama di tingkat konsumen dan ritel. Contohnya melibatkan pembelian berlebihan, makanan yang dibuang karena tanggal kedaluwarsa, atau sisa makanan yang tidak dimakan di restoran.
Food loss and waste (kehilangan dan pemborosan makanan) merujuk pada setiap bentuk kehilangan atau pemborosan makanan dari awal rantai pasokan makanan hingga konsumen akhir. Ini mencakup segala bentuk kerugian, mulai dari produksi pertanian hingga konsumsi di rumah tangga.
Baca juga: Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) di Indonesia
Penyebab food loss and waste
Salah satu penyebab utama food loss and waste adalah rantai pasokan makanan yang tidak efisien. Dalam perjalanan dari petani ke konsumen, sejumlah besar makanan dapat hilang karena masalah transportasi, penyimpanan yang tidak tepat, atau kebijakan pasar yang tidak mendukung.
Selain itu, konsumen juga berperan dalam pemborosan makanan. Pembelian makanan yang berlebihan, kurangnya pemahaman tentang tanggal kedaluwarsa, dan kebiasaan membuang makanan yang masih layak konsumsi menjadi faktor utama food waste di tingkat rumah tangga.
Menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), sekitar 1/3 dari semua makanan yang diproduksi di dunia hilang atau terbuang. Jumlah ini setara dengan 1,3 miliar ton makanan per tahun.
Baca juga: Regulasi Carbon Capture and Storage (CCS)
Dampak food loss and waste
Indonesia diklaim sebagai negara penghasil FLW terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Berdasarkan data tahun 2018 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 44% timbulan sampah di Indonesia tahun 2018 merupakan sampah makanan.
Angka FLW di Indonesia memang tergolong sangat tinggi, yakni mencapai 115-184 kg/kapita/tahun pada tahun 2000-2019. Nah, tingginya angka FLW ini memiliki dampak yang merugikan bagi Indonesia. Dampak buruk dari FLW ini mulai dari kehilangan kandungan gizi dalam makanan, lingkungan hidup, hingga ekonomi.
Dampak lingkungan
Food loss dan food waste menyebabkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Di Indonesia, FLW memiliki kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan emisi GRK, penyebab krisis iklim.
Total emisi timbulan mubazir pangan 2000-2019 (20 tahun) diestimasikan sebesar 1.702,9 Mt CO2 ek, dengan rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi GRK Indonesia
Food loss dan food waste juga menyebabkan polusi. Makanan yang membusuk menghasilkan metana, gas rumah kaca yang berbahaya. Selain itu, makanan yang terbuang ke landfill juga menghasilkan gas metana.
Dampak ekonomi
Food loss dan food waste menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. FAO memperkirakan bahwa kerugian ekonomi akibat food loss dan food waste mencapai $1,2 triliun per tahun.
Food loss dan food waste juga menyebabkan hilangnya pendapatan bagi petani dan produsen makanan. Selain itu, food waste juga menyebabkan meningkatnya biaya untuk pembuangan sampah.
Di Indonesia, FLW juga membawa kerugian ekonomi yang cukup besar. Pada tahun 2000-2019, nilainya diperkirakan mencapai 213-551 triliun rupiah/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia.
Terdapat kemungkinan potensi kehilangan ekonomi dengan nilai lebih besar dikarenakan data yang digunakan dalam perhitungan kehilangan ekonomi menggunakan data harga pangan yang tersedia yaitu 64-88 komoditas dari total 146 komoditas yang terdapat di Neraca Bahan Makan (NBM).
Dampak sosial
Food loss dan food waste menyebabkan kelaparan dan malnutrisi. Diperkirakan bahwa sekitar 828 juta orang di dunia tidak memiliki akses ke makanan yang cukup.
Food loss and waste juga menyebabkan masalah kesehatan. Makanan yang terbuang dapat menjadi sumber kontaminasi dan penyakit.
Baca juga: Kelola Limbah Makanan Jadi Pakan Ikan Ramah Lingkungan
Solusi mengurangi food loss and waste
Ada berbagai solusi untuk mengatasi food loss dan food waste. Solusi-solusi tersebut antara lain:
Peningkatan efisiensi rantai pasokan
Food loss dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur, menerapkan teknologi baru, dan meningkatkan kesadaran tentang food loss.
Peningkatan kesadaran konsumen
Food waste juga dapat dikurangi dengan meningkatkan kesadaran konsumen. Konsumen dapat mengurangi food waste dengan membeli makanan sesuai kebutuhan, menyimpan makanan dengan benar, dan mengurangi sisa makanan.
Kampanye publik dan informasi yang jelas tentang tanggal kedaluwarsa dapat membantu mengubah perilaku konsumen. Edukasi perlu digalakkan untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang cara memilih, menyimpan, dan menggunakan makanan dengan bijak dapat mengurangi pemborosan di tingkat rumah tangga.
Program donasi makanan
Food waste dapat dikurangi dengan mendonasikan makanan yang tidak terjual ke lembaga-lembaga yang membutuhkan.
Pemanfaatan makanan sisa
Food waste juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk baru, seperti kompos dan biofuel. Program dan inisiatif ini dapat mendorong penggunaan makanan yang tidak terpakai untuk menghasilkan energi, kompos, atau makanan untuk hewan dapat mengurangi jumlah makanan yang dibuang.
Kebijakan dan Regulasi Pangan yang Berkelanjutan
Pemerintah dan lembaga internasional dapat mengimplementasikan kebijakan yang mendukung produksi pangan yang berkelanjutan, serta mengurangi pemborosan melalui regulasi yang ketat.
Inovasi Teknologi Pangan
Pengembangan teknologi seperti sensor pintar dan teknologi pemrosesan makanan yang inovatif dapat membantu mendeteksi dan mengatasi food loss di berbagai tahap produksi dan distribusi.
Food loss dan food waste adalah masalah yang kompleks yang membutuhkan solusi yang komprehensif. Dengan bekerja sama, kita dapat mengurangi food loss dan food waste dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kamu bisa belajar pertanian modern sekaligus juga berperan sebagai penggerak mitigasi iklim dengan bergabung dalam komunitas Angphot. Selengkapnya lihat ketentuan dalam halaman kami. Katalog produk pertanian inovasi dari pengelolaan food waste dan hidroponik, serta karya kreatif bisa kamu lihat di Katalog Angpot.