Fakta Unik Kumbang Kotoran (Dung Beetle)

Tahukah kamu kumbang yang suka membawa kotoran, yang juga menjadi salah satu animasi kartun Larva? Namanya kumbang tinja atau kumbang kotoran, yang termasuk dalam keluarga Scarabaeidae.

animasi larva
Animasi Larva

Kumbang kotoran memiliki kebiasaan yang unik dan lucu, seperti menggulung bola tinja dan menggelindingkannya. Kebiasaan ini dapat dijadikan bahan komedi yang menarik dan menghibur untuk penonton, terutama anak-anak.

Ternyata, animasi yang ada dalam serial kartun tersebut berdasarkan fakta unik yang memang dimiliki oleh kumbang kotoran. Berikut informasi lengkap tentang fakta unik kumbang kotoran!

Ringkasan

Habitat:Semua bioma kecuali tundra
Lokasi:Semua benua kecuali Antartika
Masa hidup:Hingga dua tahun
Ukuran:Panjangnya hingga 7cm (2,8 inci).
Berat:Hingga 
Warna:Biasanya berwarna hitam atau coklat, juga biru, hijau, emas
Diet:Kotoran
Pemangsa:Hampir semuanya: burung, reptil, mamalia, amfibi, serangga
Kecepatan Tertinggi:Lambat
Jumlah Spesies:Lebih dari 6.000
Status konservasi:Lebih dari 20% terancam punah (laporan IUCN)

Kumbang kotoran ditemukan di semua benua kecuali Antartika, hidup di berbagai macam habitat mulai dari gurun hingga hutan, sabana, dan padang rumput (Hanski & Cambefort, 2014).

fakta kumbang kotoran

Kumbang adalah bagian dari kelompok serangga yang paling beragam dan banyak jumlahnya, dengan spesies tertentu memainkan peran vital dalam daur ulang nutrisi. Meskipun telah dihargai selama ribuan tahun dalam berbagai budaya, baru dalam beberapa tahun terakhir kepentingan mereka mulai mendapat perhatian dari komunitas konservasi.

1. Pemakan kotoran

Kumbang kotoran adalah coprophagous, artinya mereka memakan kotoran herbivora. Kotoran ini merupakan sumber nutrisi penting bagi mereka dan membantu menjaga kesehatan pencernaan mereka (Nichols et al., 2008).

Kumbang kotoran berperan penting dalam ekosistem dengan menguraikan kotoran hewan. Mereka juga membantu mendaur ulang nutrisi ke dalam tanah, yang meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Baca juga: Apa Itu Food Loss and Waste?

2. Navigator handal

Kumbang kotoran menggunakan matahari dan Bima Sakti untuk navigasi saat mencari dan menggulingkan bola kotoran mereka. Kumbang tinja merupakan satu-satunya serangga yang diketahui dapat menggunakan bintang-bintang, termasuk Bima Sakti, untuk navigasi di malam hari. Mereka menggunakan pola cahaya untuk mengarahkan diri mereka saat menggulung bola tinja (Tocco et al., 2019).

3. Kekuatan super

kumbang kotoran
Kumbang kotoran sedang membawa makanannya (Sumber: factanimal.com)

Kumbang kotoran jantan beberapa spesies memiliki kekuatan 1141 kali berat tubuhnya, memungkinkan mereka menggulingkan bola kotoran yang jauh lebih besar dari mereka.

Kumbang kotoran menggunakan kaki mereka yang kuat dan berbentuk sekop untuk menggali dan membentuk bola kotoran. Mereka menggulung bola tersebut dengan menggunakan kaki belakang yang kokoh, sambil berjalan mundur.

Dengan otot yang kuat dan kemampuan navigasi yang baik, kumbang ini mampu mengangkut bola kotoran yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuh mereka sendiri, bahkan hingga 50 kali berat badan mereka.

4. Bola berharga

bola kotoran kumbang kotoran
Beberapa spesies kumbang kotoran dapat menggulingkan bola kotoran hingga 40 kali berat tubuhnya (Sumber: sdzwildlifeexplorers.org)

Bola kotoran bukan hanya makanan bagi kumbang kotoran, tetapi juga hadiah pernikahan dan tempat berlindung bagi anak-anaknya. Kumbang jantan menawarkan bola kotoran kepada betina untuk menarik perhatian dan membuktikan kemampuan mereka.

Setelah kawin, kumbang betina akan bertelur di dalam bola kotoran tersebut, memberikan tempat berlindung yang aman dan sumber makanan bagi larva yang menetas hingga mereka siap bermetamorfosis menjadi kumbang dewasa.

5. Spesies beragam

Scarabaeus sacer
Scarabaeus sacer (Sumber: phrygana.eu)

Terdapat lebih dari 6.000 spesies kumbang tinja yang tersebar di seluruh dunia, dengan berbagai ukuran, bentuk, dan perilaku. Salah satu spesies kumbang tinja yang paling menarik adalah Scarabaeus sacer, atau kumbang scarab suci. Kumbang ini berukuran sekitar 2 hingga 3 sentimeter dengan tubuh berbentuk oval dan warna hitam mengkilap atau kehijauan.

Baca juga: Jenis Keanekaragaman Hayati dan Manfaatnya dalam Kehidupan

6. Kepentingan dalam Penelitian Forensik

kumbang kotoran
Kumbang tinja membantu menentukan waktu kematian (Sumber: australian.museum)

Kumbang tinja digunakan dalam penelitian forensik untuk membantu menentukan waktu kematian (post-mortem interval) dalam kasus kriminal, karena mereka tertarik pada bangkai hewan dan manusia. Kehadiran kumbang tinja pada mayat menunjukkan bahwa mayat tersebut telah ada selama periode waktu tertentu yang sesuai dengan tahap perkembangan kumbang.

Peneliti forensik dan entomolog menganalisis umur larva dan pupa yang ditemukan pada mayat untuk memperkirakan berapa lama waktu telah berlalu sejak kematian, serta mengumpulkan informasi tentang kondisi lingkungan sekitar tempat mayat ditemukan, sehingga memberikan petunjuk penting dalam investigasi kriminal.

7. Penjaga ekosistem

Kumbang kotoran memainkan peran penting dalam mendaur ulang nutrisi dan menjaga kesehatan padang rumput. Saat kumbang ini menggali dan mengubur kotoran, mereka mempercepat dekomposisi dan melepaskan nutrisi penting seperti nitrogen dan fosfor kembali ke dalam tanah. Proses ini meningkatkan kesuburan tanah, mendukung pertumbuhan tanaman, dan mengurangi jumlah kotoran yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya lalat dan parasit.

8. Peran dalam Pengendalian Hama

Kumbang tinja membantu mengurangi populasi lalat dengan menghilangkan kotoran hewan yang bisa menjadi tempat berkembang biak lalat. Ini membantu dalam pengendalian hama secara alami. Saat kumbang tinja mengumpulkan dan mengubur kotoran, mereka menghilangkan sumber makanan dan tempat bertelur bagi lalat dan hama lainnya. Dengan demikian, populasi lalat berkurang, mengurangi risiko penyakit yang ditularkan oleh lalat kepada hewan ternak dan manusia.

Baca juga: Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) di Indonesia

9. Penemu Terampil

Kumbang kotoran menggunakan antena mereka yang sangat sensitif untuk mencari kotoran hewan, bahkan dalam kondisi gelap. Antena kumbang ini dilengkapi dengan reseptor penciuman yang mampu mendeteksi senyawa kimia yang dilepaskan oleh kotoran dari jarak yang jauh.

Kemampuan penciuman yang tajam ini memungkinkan kumbang kotoran untuk menemukan sumber makanan mereka dengan cepat dan efisien, memastikan mereka dapat mengumpulkan dan mengubur kotoran sebelum kompetitor lain menemukannya. Mekanisme ini sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka, terutama dalam lingkungan di mana makanan tidak selalu mudah ditemukan.

10. Kumbang Tinja dalam Budaya dan Mitologi

Di Mesir kuno, kumbang tinja atau scarab dianggap suci dan melambangkan kelahiran kembali dan regenerasi (Lunn & Byrne, 2019). Orang Mesir kuno mengamati kebiasaan kumbang ini menggulung bola kotoran dan menguburnya, lalu menyaksikan larva muncul dari dalam tanah, yang mereka kaitkan dengan siklus matahari terbit dan terbenam, serta konsep kehidupan setelah mati.

Scarab menjadi simbol dari perjalanan matahari di langit dan kelahiran kembali di dunia bawah. Sebagai akibatnya, scarab sering diukir pada amulet, perhiasan, dan artefak pemakaman untuk memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi pemakainya.

Banyak artefak, termasuk segel, cincin, dan perhiasan, dihiasi dengan gambar scarab dan ditempatkan dalam makam sebagai simbol perlindungan dan kebangkitan bagi roh orang yang telah meninggal. Scarab juga muncul dalam tulisan hieroglif dan digunakan dalam ritus keagamaan untuk memastikan keselamatan dan kelahiran kembali di alam baka.

Referensi

Hanski, I., & Cambefort, Y. (Eds.). (2014). Dung beetle ecology (Vol. 1195). Princeton University Press.

Lunn, H., & Byrne, M. (2019). Dance of the Dung Beetles: Their role in our changing world. Wits University Press.

Nichols, E., Spector, S., Louzada, J., Larsen, T., Amezquita, S., Favila, M. E., & Network, T. S. R. (2008). Ecological functions and ecosystem services provided by Scarabaeinae dung beetles. Biological conservation, 141(6), 1461-1474.

Tocco, C., Dacke, M., & Byrne, M. (2019). Eye and wing structure closely reflects the visual ecology of dung beetles. Journal of Comparative Physiology A205, 211-221.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *