Indonesia adalah negara tropis dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia setelah Brazil. Hampir 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan sekitar 1.500 jenis monera berada di Indonesia.
Kepulauan Indonesia yang membentang sejauh 5.200 km di sepanjang garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang mendukung berbagai habitat makhluk hidup tumbuh dengan baik.
Keunikan keanekaragaman hayati Indonesia ditandai dengan terdapatnya jenis hewan bertipe Oriental, Australia, dan peralihannya, serta tumbuhan bertipe Malesiana. Keunikan lainnya adalah terdapatnya beberapa hewan dan tumbuhan yang bersifat endemik dan langka.
Salah satu jenis fauna yang baru ditemukan di Indonesia adalah Tikus Ompong. Spesies tikus ini ditemukan pertama kali tahun 2010 di gunung Latimojong, Sulawesi Selatan dan Tahun 2011 di Gunung Gandangdewata, Sulawesi Barat. Jenis tikus ompong baru ditemukan 3 ekor di habitat aslinya.
Tikus yang tidak memiliki gigi geraham ini disebabkan karena adanya perubahan susunan morfologi yang dipengaruhi oleh perubahan habitat dan iklim yang terjadi di Indonesia.
Tikus Ompong atau Paucidentomys vermidax merupakan jenis hewan pengerat bergigi sedikit dan satu-satunya binatang pengerat yang diketahui tidak memiliki gigi geraham dari 2.200 spesies pengerat yang telah ditemukan.
Nama Paucidentomys diambil karena sesuai dengan karakteristik tikus ini, yakni tidak bergigi dan vermidax yang diambil dari kata vermin yang berarti cacing dan dax yang berarti pemakan.
Laporan identifikasi yang diunggah dalam website LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mengungkapkan bahwa Paucidentomys vermidax memiliki dua pasang gigi seri yang runcing sebagai senjata andalan untuk berburu cacing sebagai makanannya.
Fungsi dari pasang gigi seri yang runcing itu adalah untuk mencacah cacing hingga halus, dihisap, lalu dikeluarkan lagi. Paucidentomys vermidax secara mendasar berbeda dengan karakter tikus pada umunya. Paucidentomys vermidax lebih tampak sebagai perpaduan antara tikus dan celurut.
Anang Setiawan Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa untuk menemukan tikus ompong bukanlah perkara mudah karena populasinya yang tidak banyak.
Penangkapan sampel tikus tersebut dilakukan dengan cara membuat perangkap tikus untuk kemudian dilakukan proses identifikasi. Selain tikus ompong, Anang juga menemukan tikus air atau Waiomys mamasae yang memiliki panjang badan termasuk ekor mencapai 25 cm.
Tikus air memiliki selaput di keempat kakinya yang memudahkannya berenang. Selain itu, jenis lain juga ditemukan di Gunung Dako, Sulawesi Tengah yang diidentifikasi sebagai Hyorhinomys stuempkei. Ukuran hidung spesies ini cukup besar, datar, berwarna merah muda dengan moncong hidup menghadap ke depan.
Saat ini, tikus ompong masih belum memiliki klasifikasi secara pasti. Namun, yang pasti adalah bahwa tikus ompong termasuk dalam golongan Rhodentia.