Founder’s Story: Dari Bunga Anggrek ke Inovasi Pakan Ikan Berkelanjutan
Semua bermula pada Desember 2019, ketika Arin Khurota, mahasiswa di Universitas Brawijaya, menyelami komunitas kultur jaringan dan budidaya anggrek di Facebook (Sekarang Meta) dan menemukan masalah yang cukup menarik. Di komunitas tersebut, para penjual bunga anggrek sering kali kehilangan kepercayaan dari pelanggan karena maraknya penjual gaib — tokonya ada, tetapi barang yang dipesan tidak pernah sampai ke tangan pembeli.
Dari permasalahan ini, lahirlah ANGPHOT, toko online bunga anggrek yang berkomitmen menghadirkan produk berkualitas dengan layanan terpercaya. Terinspirasi oleh pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya, Arin Khurota segera pulang, mengambil selembar kertas, dan dengan penuh semangat mencatat ide-idenya. Dalam satu malam di kamarnya, Arin berhasil mengembangkan konsep awal ANGPHOT Store. Pada suatu pagi di bulan Desember 2019, situs ANGPHOT resmi diluncurkan.
Malam itu juga, Arin berdiskusi dengan ibunya tentang bagaimana ANGPHOT bisa berkembang lebih besar. Dari obrolan tersebut, lahirlah ide untuk menjalin kemitraan dengan petani bunga anggrek skala kecil agar mereka dapat bekerja sama dan mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Berkat kepercayaan pelanggan, ANGPHOT berhasil mencatat kunjungan sebanyak 8.400 pengunjung per bulan hanya dalam waktu tiga bulan sejak peluncuran.
Perjalanan ANGPHOT tidak berhenti di situ. Setelah tiga tahun bertahan dengan bisnis florikultur serta pelengkapan berkebun, ANGPHOT menyadari perlunya inovasi produk yang memiliki perputaran penjualan lebih cepat. Bunga hias memiliki karakteristik penjualan yang cenderung lambat, sehingga ANGPHOT mulai mencari solusi untuk menyeimbangkan bisnis. Akhirnya, pada Februari 2023, bertepatan dengan partisipasi ANGPHOT dalam ajang bisnis Ecothon yang diselenggarakan oleh ASEIC Korea Selatan, ANGPHOT memutuskan untuk bertransformasi dan memperluas fokus bisnis.
Arin duduk di pinggir kolam bersama dengan Rio, merenungkan sebuah pertanyaan yang tiba-tiba terlintas di benaknya: mengapa ikan bisa tumbuh gemuk meski terkadang memakan kotoran manusia? Ternyata, kotoran tersebut telah melalui proses fermentasi alami oleh bakteri baik dalam perut. Pertanyaan ini terus mengganggu pikirannya hingga akhirnya, Arin teringat tentang tumpukan limbah makanan yang sering ia lihat di Pasar Yosowilangun — mulai dari sortiran kubis, kentang, kangkung, hingga berbagai sayuran yang membusuk. Limbah ini tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menjadi sumber keresahan bagi warga sekitar.
Menyadari potensi besar untuk mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat, ANGPHOT pun mencetuskan ide baru untuk menciptakan solusi berkelanjutan dengan mengolah limbah makanan menjadi pakan ikan bernama Vitoma. Proses ini terinspirasi dari cara kerja pencernaan manusia, di mana bakteri baik memfermentasi makanan untuk menghasilkan nutrisi.
Konsep tersebut melahirkan Vitoma sebagai solusi inovatif yang tidak hanya membantu petani ikan dengan menyediakan pakan yang ramah lingkungan dan bernutrisi tinggi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan limbah organik yang mencemari lingkungan. ANGPHOT percaya bahwa langkah ini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekaligus mendukung ketahanan pangan di komunitas pesisir.
Kini, ANGPHOT tidak hanya menjadi sekadar bisnis, tetapi juga membawa misi sosial untuk memberdayakan masyarakat pesisir dan ibu pedesaan melalui produksi pakan ikan berkelanjutan. ANGPHOT percaya bahwa setiap langkah kecil yang kami ambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih baik.
Fajar Noer Hadi
Penghobi Ikan Hias Surabaya
Beli 5 dikasih bonus satu pcs. Pakannya juga bagus. Makasih, Kak. Semoga sukses usahanya.