Contoh Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, mengacu pada variasi kehidupan di Bumi, termasuk semua spesies tanaman, hewan, mikroorganisme, ekosistem tempat mereka tinggal, dan proses ekologi yang terkait.

Usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia cukup penting dilakukan mengingat Indonesia dianggap sebagai salah satu dari 17 negara megadiversitas di dunia dengan tingkat biodiversitas yang sangat tinggi, baik dalam hal jumlah spesies maupun keunikan spesies tersebut.

Keanekaragaman Flora di Indonesia

contoh usaha pelestarian keanekaragaman hayati di indonesia
Pohon meranti di hutan hujan Borneo (Sumber: Fine Art America)

Keanekaragaman hayati di Indonesia cukup beragaman, bahkan memiliki lebih dari 25.000 spesies tanaman berbunga, yang membuat negara ini menjadi salah satu pusat keanekaragaman flora di dunia. Berikut beberapa contoh flora khas Indonesia:

Rafflesia arnoldii

Dikenal sebagai bunga terbesar di dunia, Rafflesia arnoldii adalah tumbuhan parasit yang ditemukan di hutan hujan tropis Sumatra dan Kalimantan. Bunga ini bisa mencapai diameter hingga 1 meter dan berat hingga 11 kilogram. Meskipun ukurannya mengesankan, Rafflesia arnoldii terkenal dengan aroma tidak sedapnya yang menyerupai bau bangkai, yang berfungsi untuk menarik serangga penyerbuk.

Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)

Anggrek Bulan adalah salah satu dari lebih dari 5.000 spesies anggrek yang ditemukan di Indonesia. Bunga ini menjadi simbol nasional Indonesia dan terkenal karena keindahan serta ketahanannya. Anggrek Bulan sering digunakan sebagai tanaman hias baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pohon Meranti (Shorea spp.)

Pohon Meranti adalah salah satu jenis pohon kayu keras yang banyak ditemukan di hutan hujan tropis Kalimantan dan Sumatra. Kayunya yang kuat dan tahan lama sering digunakan dalam industri perkayuan. Namun, karena penebangan liar, beberapa spesies Meranti kini terancam punah.

Baca juga: 15+ Jenis Anggrek Bulan yang Banyak Dibudidayakan

Keanekaragaman Fauna di Indonesia

contoh usaha pelestarian keanekaragaman hayati di indonesia
Komodo adalah fauna endemik di Indonesia (Sumber: Freepik)

Indonesia juga merupakan rumah bagi berbagai spesies fauna yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Keanekaragaman hayati di Indonesia, terutama fauna merupakan yang tertinggi di dunia, dengan lebih dari 1.700 spesies burung, 515 spesies mamalia, dan 270 spesies amfibi. Beberapa contoh fauna unik Indonesia meliputi:

Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)

Harimau Sumatra adalah subspesies harimau yang hanya ditemukan di pulau Sumatra. Dengan populasi yang diperkirakan kurang dari 400 ekor di alam liar, harimau ini terancam punah akibat hilangnya habitat dan perburuan liar. Harimau Sumatra lebih kecil dibandingkan subspesies harimau lainnya, dengan pola belang yang lebih rapat.

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Orangutan Kalimantan adalah spesies kera besar yang hanya ditemukan di pulau Kalimantan. Mereka dikenal sebagai salah satu primata paling cerdas dengan kemampuan menggunakan alat-alat sederhana untuk mempermudah hidup mereka. Namun, seperti harimau Sumatra, orangutan juga terancam punah akibat deforestasi dan perdagangan ilegal satwa liar.

Komodo (Varanus komodoensis)

Komodo adalah kadal terbesar di dunia yang hanya ditemukan di pulau-pulau kecil di Indonesia, seperti Pulau Komodo, Rinca, Flores, dan Gili Motang. Panjang tubuh Komodo bisa mencapai 3 meter dengan berat lebih dari 70 kilogram. Komodo adalah predator puncak di ekosistemnya dan memiliki racun yang mematikan untuk melumpuhkan mangsanya.

Baca juga: Tikus Ompong, Hewan Pengerat Spesies Baru dari Indonesia

Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati di Indonesia

keanekaragaman hayati di indonesia
Perubahan iklim mengurangi populasi serangga yang menjadi makanan burung (sumber: freepik)

Meskipun Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, banyak spesies flora dan fauna di negara ini terancam punah. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati di Indonesia antara lain:

Deforestasi

Penebangan hutan untuk industri kayu, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur menyebabkan hilangnya habitat bagi banyak spesies. Deforestasi juga meningkatkan risiko kebakaran hutan, yang dapat menghancurkan ekosistem hutan hujan tropis.

Perburuan Liar

Perdagangan ilegal satwa liar, termasuk perburuan harimau, orangutan, dan spesies burung eksotis, telah menyebabkan penurunan drastis populasi spesies-spesies tersebut.

Perubahan Iklim

Pemanasan global dan perubahan iklim berdampak negatif pada ekosistem laut dan darat. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan pemutihan karang, sementara perubahan pola cuaca mempengaruhi siklus hidup flora dan fauna.

Baca juga: Mengukur Usia Pohon dengan Lingkaran Tahun

Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia menjadi salah satu faktor diperlukannya usaha pelestarian keanekaragaman hayati, terutama dari ancaman yang menyebabkan penurunan biodiversitas di Indonesia.

Contoh Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati di hutan cadangan nasional Tiongkok (Sumber: CGTN)

Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, berbagai upaya pelestarian telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah. Berikut beberapa upaya tersebut:

Pembentukan Kawasan Konservasi

Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah kawasan konservasi, termasuk taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, untuk melindungi habitat alam dan spesies yang terancam punah.

Salah satu contoh usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia melalui pembentukan kawasan konservasi adalah Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan ini berada di Provinsi Aceh dan Sumatra Utara, serta dikenal sebagai salah satu kawasan hutan tropis yang penting di Indonesia.

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO yang disebut Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Upaya konservasi di kawasan ini bertujuan untuk melindungi berbagai spesies langka, seperti orangutan Sumatra (Pongo abelii), gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus), serta harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), yang semuanya terancam punah.

Selain melindungi spesies yang terancam, Taman Nasional Gunung Leuser juga berperan dalam menjaga ekosistem hutan hujan yang menjadi sumber air bagi jutaan penduduk di sekitarnya. Usaha pelestarian yang dilakukan di taman nasional ini mencakup pemantauan terhadap aktivitas illegal logging, perdagangan satwa liar, serta rehabilitasi kawasan yang rusak akibat perambahan lahan.

Program Rehabilitasi Hutan

Salah satu contoh usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia melalui Program Rehabilitasi Hutan adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) atau lebih dikenal sebagai Gerhan.

Program Gerhan diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2003 dengan tujuan memperbaiki kondisi hutan dan lahan kritis yang mengalami degradasi di berbagai wilayah Indonesia. Fokus utamanya melakukan penanaman kembali hutan dan lahan yang telah rusak akibat aktivitas manusia, seperti illegal logging, pembukaan lahan pertanian yang tidak berkelanjutan, serta kebakaran hutan.

Dalam rangka rehabilitasi, berbagai jenis pohon lokal dan tanaman endemik ditanam kembali di lahan kritis untuk memulihkan fungsi ekologis hutan, seperti menjaga kualitas air, mencegah erosi tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah.

Program Gerhan juga melibatkan masyarakat setempat dalam kegiatan rehabilitasi melalui pemberian edukasi tentang pentingnya pelestarian hutan dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan.

Salah satu keberhasilan dari program rehabilitasi ini adalah di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana penanaman pohon di lahan kering yang mengalami deforestasi berhasil memperbaiki ekosistem dan meningkatkan hasil panen masyarakat setempat.

Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Salah satu contoh upaya pelestarian keanekaragaman hayati melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat adalah program Sekolah Lapang Konservasi yang diinisiasi oleh beberapa lembaga non-pemerintah dan pemerintah di Indonesia.

Program Sekolah Lapang bertujuan untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan ekosistem penting, mengenai pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati dan praktik pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Di dalam program tersebut, masyarakat diberikan pelatihan tentang cara-cara bertani yang ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya air, hingga teknik agroforestri yang dapat meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak hutan.

Sekolah lapang juga memperkenalkan konsep community-based conservation, di mana masyarakat lokal dilibatkan secara langsung dalam kegiatan konservasi, seperti rehabilitasi lahan kritis, pengawasan satwa liar, dan pencegahan kebakaran hutan.

Contoh lainnya adalah kampanye “Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional” yang diadakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi flora dan fauna endemik Indonesia.

Kegiatan tersebut mengajak masyarakat umum, terutama generasi muda, untuk peduli terhadap keanekaragaman hayati melalui berbagai kegiatan edukatif, seperti seminar, lomba menggambar satwa endemik, dan aksi penanaman pohon.

Pengawasan dan Penegakan Hukum

Salah satu contoh usaha pelestarian keanekaragaman hayati melalui pengawasan dan penegakan hukum di Indonesia adalah penerapan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap praktik illegal logging dan perdagangan satwa liar.

Operasi tersebut dilakukan oleh penegak hukum, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), bekerjasama dengan Polisi Hutan (Polhut) dan Kejaksaan, untuk menindak pelaku kejahatan lingkungan yang merusak hutan dan mengancam spesies satwa serta tumbuhan langka.

Misalnya, pada tahun 2020, KLHK berhasil melakukan OTT terhadap sindikat perdagangan trenggiling (salah satu satwa yang dilindungi) di Sumatera. Selain itu, banyak kasus penangkapan terkait dengan perdagangan ilegal kayu ulin, gaharu, dan jenis kayu bernilai tinggi lainnya yang diekspor secara ilegal.

Contoh lainnya adalah pengawasan melalui Patroli Taman Nasional, di mana petugas melakukan pemantauan rutin di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Gunung Leuser atau Taman Nasional Ujung Kulon untuk mencegah perambahan lahan dan pemburuan satwa langka seperti badak Jawa. Patroli ini didukung dengan teknologi modern seperti drone dan kamera jebak (camera trap) untuk memonitor keberadaan satwa dan mendeteksi aktivitas ilegal.

Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu kekayaan alam yang tidak ternilai harganya. Dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menjadi rumah bagi ribuan spesies unik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Namun, tantangan besar dalam menjaga keanekaragaman hayati ini terus menghadang.

Deforestasi, perburuan liar, dan perubahan iklim merupakan ancaman serius yang harus diatasi melalui upaya konservasi yang berkelanjutan. Melalui kerja sama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, keanekaragaman hayati Indonesia dapat dilestarikan untuk generasi mendatang.

Bergabunglah dengan komunitas Angphot dan pelajari pertanian modern sambil menjadi penggerak dalam mitigasi iklim. Jelajahi detailnya di halaman kami, dan jangan lewatkan produk pertanian inovatif kami yang terbuat dari pengelolaan limbah makanan dan hidroponik, beserta karya kreatif dalam Katalog Angphot.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *